Senin, 19 Januari 2015

Download Juz 30


Muarattal Juz 30 Sheikh Mishary bin Rashid Al-Afasy


Assalamu'alaikum sobat fillah, gimana kabarnya?, semoga sehat selalu :). bagi sobat fillah yang hobi dengar murattal Qur'an dan menghafalkannya pasti membutuhkan contoh bacaan yang baik kan?. Nah kali ini saya menbagikan Murattal Qur'an juz 30 Sheikh Bin Rashid Al-fasy, selain bacaannya merdu juga gampang untuk di ikuti!. Nah sobat Fillah yuk silahkan download.

                                             Download di sini

Jumat, 22 Agustus 2014

Tiga Wajah Sabar

Oleh Dr Amir Faishol Fath
Sabar menjalani hidup dengan segala kondisinya, tidak tergesa-gesa mendapatkan hasil, dan tetap semangat menghadapi cobaan apa pun adalah sikap yang bersinergi dengan sunnatullah.

Lihatlah tanaman tidak langsung berbuah saat ditanam. Buahnya pun tak langsung masak saat muncul, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk mencapai musim panen.

Sang janin dalam kandungan ibunya tak langsung lengkap anggota tubuhnya. Ia harus menunggu berbulan-bulan untuk menjadi sempurna. Allah SWT bahkan mengajarkan, penciptaan langit dan Bumi berlangsung selama enam hari. Padahal Allah bisa menciptakannya dalam sekejap hanya dengan mengatakan "kun fayakuun". Ini semua untuk mengajarkan pentingnya sifat sabar melalui berbagai proses hidup dan kehidupan.

Para ulama membagi sifat sabar dengan tiga wajah. Pertama, sabar menaati Allah. Mengapa? Sebab untuk menjalankan semua rukun Islam sangat membutuhkan kesabaran.

Shalat, misalnya. "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS Thaha: 132).

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS Al-Baqarah: 45).

Allah SWT mengaitkan antara sabar dan shalat bahwa seseorang tak akan menegakkan shalat dengan benar tanpa kesabaran dirinya. Hidup bersama dengan orang-orang beriman, membantu mereka, berdakwah bersama mereka, membimbing mereka menaati Allah, juga membutuhkan kesabaran. Juga lihat QS Al-Kahfi: 28. Bahkan ada dua tugas pokok seorang Muslim yang keduanya saling berkait tak terpisahkan untuk mendapatkan kebahagiaan, yaitu saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.

Kedua, sabar menjauhi maksiat. Sabar mengendalikan gejolak nafsu jangan sampai terseret kepada dosa. Sabar menahan diri dari perhiasan dunia yang selalu menggodanya. Sabar meninggalkan harta haram yang menggiurkan. Sabar tidak mendekati jalan-jalan zina yang selalu memanggilnya.
Rasulullah SAW menyebutkan, ini adalah jalan ke surga. "Surga diselimuti dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sementara neraka diselimuti dengan hal-hal yang menggiurkan."

Ketiga, sabar menjalani ujian Allah SWT bahwa hidup dan mati, senang dan susah, mudah dan sulit, semua adalah ujian. Banyak orang bertahan pada saat diuji dengan kesulitan, namun malah ia jatuh pada saat diuji dengan kemudahan. Banyak semut justru mati di dalam gula. Seekor kera tidak jatuh pada saat diembus angin kencang.

Malah ia jatuh pada saat diembus angin sepoi-sepoi. Sorang Mukmin harus selalu sabar pada saat diuji dengan kesulitan dan bersyukur pada saat diuji dengan kesenangan. Inilah sukses.

Wallahu a’lam bishshawab.

*sumber: ROL

@pkspiyungan

Sabtu, 16 Agustus 2014

5 Penyebab Dosa Kecil Berubah Menjadi Dosa Besar

Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar karena 5 faktor berikut ini:

1. Dilakukan terus menerus

Dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan berubah menjadi dosa besar. Bahkan, dosa besar yang pernah dilakukan lalu tidak dilakukan laki (taubat nasuha) lebih bisa diharapkan diampuni Allah daripada dosa kecil yang terus menerus dilakukan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا صغيرة مع الإصرار، ولا كبيرة مع استغفار
“Tak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan dan tak ada dosa selagi dimohonkan ampunan” (HR. Ad Dailami)

Dosa kecil yang dilakukan terus menerus ini diibaratkan oleh Imam Ghazali seperti tetes-tets air yang terus menerus menimpa batu, akhirnya batu itu pun berlubang. Padahal, jika air itu dikumpulkan dan langsung disiramkan ke batu tersebut, belum tentu mampu membuatnya berlubang.

2. Menganggap remeh dosa tersebut

Penyebab berikutnya yang membuat dosa kecil berubah menjadi dosa besar adalah menganggap remeh dosa tersebut. Selagi suatu dosa dianggap besar oleh hamba, maka dosa itu menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, jika manusia menganggap dosanya kecil dan remeh, maka itu menjadi besar di hadapan Allah. Seorang hamba menganggap dosanya besar karena hatinya ingin menghindari dosa itu dan tidak suka kepadanya. Sebaliknya, saat ia meremehkan dosa, hatinya condong kepada dosa tersebut dan tidak merasa benci terhadapnya.

“Sesungguhnya orang mukmin itu melihat dosa-dosanya seakan-akan sedang berada di kaki gunung,” kata Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Ia takut dosa itu akan menimpa dirinya. Namun orang durhaka memandang dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya. Ia beranggapan dengan menepiskan tangan saja, ia bisa diusir.”

Orang yang menganggap dosanya besar, ia melihat siapa yang didurhakainya. Sedangkan orang yang meremehkan dosa, ia tidak mempertimbangkan siapa yang didurhakainya.

Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata, “Janganlah kalian melihat kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah keagungan Dzat yang kalian durhakai.”

3. Merasa senang, menceritakan dan membanggakan dosa

Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar jika pelakunya merasa senang dengan dosa tersebut, bahkan membanggakannya. Misalnya seseorang yang setelah melakukan dosa kemudian mengatakan kepada orang lain, “Aku kemarin sudah melakukan ini dan itu, orang lain tidak ada yang berani seperti itu.” 

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Setiap umatku diberi afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Sesungguhnya yang termasuk terang-terangan adalah jika seseorang melakukan suatu dosa pada malam hari, kemudian pagi harinya ia membuka dosa tersebut padahal Allah telah menutupinya. Dia berkata “Hai Fulan, semalam aku telah berbuat begini dan begini.” Allah telah menutupi apa yang ia lakukan malam itu, tetapi ia sendiri justru menyingkap tutupan Allah pada dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Mengajak orang lain melakukan dosa serupa

Dosa kecil berubah menjadi dosa besar jika pelakunya mengajak orang lain untuk melakukan hal serupa. Ia tidak hanya berbuat dosa sendiri, tapi malah mengkampanyekan dosa dan membujuk orang lain melakukan dosa tersebut. Inilah bahayanya menjadi pelopor dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa orang tersebut sedikitpun.” (HR. )

5. Jika yang melakukannya adalah ulama

Meskipun amal buruk atau kemaksiatannya sama, nilai dosa ulama lebih besar daripada orang awam. Sebab, ulama telah mengetahui perkara tersebut dengan jelas, betapa dosanya, kepada siapa ia berdosa, bahayanya bagi agama, dan seterusnya.

Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida, disarikan dari Minhajul Qasidin]

Dikutip dari : bersamaDakwah

Minggu, 03 Agustus 2014

Download Tafsir Ibnu Katsir Juz 1-30 Terjemahan Indonesia

Ismail ibnu Katsir (bahasa Arab: إسماعيل إبن كثير) (gelar lengkapnya Ismail bin 'Amr Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafizh Al-Muhaddits Asy-Syafi'i) adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Ia lahir pada tahun 1301 di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 di Damaskus, Suriah.

Tercatat guru pertama Ibnu Katsir adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafi'i. Ia juga berguru kepada Ibnu Taimiyyah di Damaskus, Suriah, dan kepada Ibnu al-Qayyim. Ia mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Ia pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hejaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani.

Tahun 1366, oleh Gubernur Mankali Bugha Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar di Masjid Ummayah Damaskus.

Ulama ini meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di samping makam gurunya, Ibnu Taimiyah.

Karya-karya Ibnu Katsir 

Ilmu tafsir

Ibnu Katsir menulis tafsir Qur'an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Alquran al-Karim sebanyak 10 jilid ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang dalam dunia Islam. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada'il Alquran (Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran.

Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam menulis Tafsir ini, yakni:

- Tafsir yang paling benar adalah tafsir Alquran dengan Alquran sendiri.
- Selanjutnya bila penafsiran Alquran dengan Alquran tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad, sebab menurut Alquran sendiri Nabi Muhammad memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran.
- Jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Alquran.
- Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.

Ilmu hadits

Ibnu Katsir pun banyak menulis kitab ilmu hadis. Di antaranya yang terkenal adalah :

- Jami al-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpun Musnad dan Sunan) sebanyak delapan jilid, berisi nama-nama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis;
- Al-Kutub as-Sittah (Kitab-kitab Hadis yang Enam) yakni suatu karya hadis;
- At-Takmilah fi Mar'ifat as-Sigat wa ad-Dhua'fa wa al-Mujahal (Pelengkap dalam Mengetahui Perawi-perawi yang Dipercaya, Lemah dan Kurang Dikenal);
- Al-Mukhtasar (Ringkasan) merupakan ringkasan dari Muqaddimmah-nya Ibn Salah; dan
- Adillah at-Tanbih li Ulum al-Hadits (Buku tentang ilmu hadis) atau lebih dikenal dengan nama Al-Ba'its al-Hadits.

Ilmu sejarah

Bidang ilmu sejarah juga dikuasainya. Beberapa karya Ibnu Katsir dalam ilmu sejarah ini antara lain :

- Al-Bidayah wa an Nihayah (Permulaan dan Akhir) atau nama lainnya Tarikh ibnu Katsir sebanyak 14 jilid,
- Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul (Uraian Mengenai Sejarah Rasul), dan
- Tabaqat asy-Syafi'iyah (Peringkat-peringkat Ulama Mazhab Syafii).

Kitab sejarahnya yang dianggap paling penting dan terkenal adalah Al-Bidayah. Ada dua bagian besar sejarah yang tertuang menurut buku tersebut, yakni sejarah kuno yang menuturkan mulai dari riwayat penciptaan hingga masa kenabian Rasulullah SAW dan sejarah Islam mulai dari periode dakwah Nabi ke Makkah hingga pertengahan abad ke-8 H. Kejadian yang berlangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun kejadian tersebut. Tercatat, kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah merupakan sumber primer terutama untuk sejarah Dinasti Mamluk di Mesir. Dan karenanya kitab ini seringkali dijadikan bahan rujukan dalam penulisan sejarah Islam.

Simbol Islam, “Bendera ISIS”, dan Penyikapan Kita
Tema “Negara Islam di Irak dan Syam” (ISIS) saat ini sedang mencuat. Kemunculan organisasi ini juga diiringi dengan semakin terkenalnya sebuah simbol atau bendera hitam bertulis “La Ilaha illallah” dan “Muhammad Rasul Allah”. Hal tersebut karena organisasi ini gemar sekali menunjukkan simbol itu dalam setiap aktivitasnya. Kemunculan ISIS yang sering menggunakan bendera dan simbol tersebut secara tidak langsung membentuk opini bahwa: jika muncul bendera hitam bertuliskan “La Ilaha illallah” dan “Muhammad Rasul Allah” maka di situ ada ISIS atau ada pendukung ISIS.

Bagaimana seharusnya kita menyikapinya? Berikut ini analisis yang mudah-mudahan bermanfaat untuk pembaca.

Sejarah Bendera Rasulullah SAW

Dalam sejarah Islam, ada beberapa macam bendera. Di antaranya ada yang dinamakan liwa’ dan ada juga yang dinamakan rayah. Beberapa ulama membedakan antara keduanya.

Liwa’ adalah bendera yang dipasang di ujung tombak, tidak selalu dikibarkan, hanya dikibarkan dalam kondisi penting saja, dan berfungsi untuk menunjukkan posisi panglima perang.

Adapun rayah adalah bendera yang diberikan kepada pasukan, dipasang di ujung tombak dan selalu dikibarkan. Sebuah pasukan bisa mempunyai beberapa rayah.

Dalam sebuah hadits, Al-Barra’ bin ‘Azib RA ditanya tentang rupa bendera rayah di zaman Rasulullah SAW, beliau menjawab, “Warnanya hitam, bentuknya persegi, dan terbuat dari kain.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi)

Ibnu Abbas RA mengatakan, “Bendera rayah di zaman Rasulullah SAW berwarna hitam, sedangkan bendera liwa’-nya putih. Tertulis di dalamnya kalimat La Ilaha illa Allah, Muhammad Rasulullah.” (HR. Abu Syaikh, Akhlaqun Nabi SAW).

Ada juga ulama yang mengatakan tidak ada beda antara rayah dan liwa’. Misalnya adalah Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani. Beliau mengatakan bahwa keduanya adalah sama. Keduanya dibuat untuk menunjukkan posisi panglima perang tertinggi, pemimpin pasukan, atau lainnya. Liwa’ di zaman Rasulullah SAW ada yang berwarna hitam, putih, dan coklat debu. Sedangkan rayah-nya berwarna hitam dan kuning.

Sejarah Stempel Rasulullah SAW

Di samping bendera, Nabi Muhammad SAW juga dikenal memiliki sebuah stempel yang sering digunakan dalam surat menyurat. Stempel tersebut bertuliskan “Allah”, “Rasul”, dan “Muhammad”. Beberapa kalangan membaca tulisan pada stempel tersebut dari bawah ke atas menjadi, “Muhammad Rasul Allah”.
Replika motif stempel Rasulullah SAW. (faculty.kfupm.edu.sa)

Sabtu, 02 Agustus 2014

15 Sifat Manusia Dalam Al-Qur'an


Mari kita telusuri, apa kata al-Quran tentang makhluk yang bernama manusia ini…

1. Manusia itu LEMAH
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28)

2. Manusia itu GAMPANG TERPERDAYA
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6)

3. Manusia itu LALAI
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-takaatsur 1)

4. Manusia itu PENAKUT / GAMPANG KHAWATIR
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah 155)

5. Manusia itu BERSEDIH HATI
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah: 62)

6. Manusia itu TERGESA-GESA
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra’ 11)

7. Manusia itu SUKA MEMBANTAH
“Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)

8. Manusia itu SUKA BERLEBIH-LEBIHAN
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus : 12)

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (Q.S al-Alaq : 6)

9. Manusia itu PELUPA
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar : 8 )

10. Manusia itu SUKA BERKELUH-KESAH
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij : 20)

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Q.S Al-Fushshilat : 20)

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa” (al-Isra’ 83)

11. Manusia itu KIKIR
“Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.” (Q.S. Al-Isra’ : 100)

12. Manusia itu SUKA MENGKUFURI NIKMAT
Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S. Az-Zukhruf : 15)

sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6)

13. Manusia itu DZALIM dan BODOH
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ” (Q.S al-Ahzab : 72)

14. Manusia itu SUKA MENURUTI PRASANGKANYA
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Yunus 36)

15. Manusia itu SUKA BERANGAN-ANGAN
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Q.S al Hadid 72)


 di kutip dari : http://bimosuper.blogspot.com/2012/07/15-sifat-manusia-dalam-al-quran.html#ixzz392CxUHWS
Hari jadian pacaran merupakan hari yang sangat spesial bagi pemuda dan anak remaja yang sedang dimabuk cinta. Di jaman sekarang ini, sudah lumrah yang namanya hari jadian pacaran bahkan saking terkenalnya anak SD pun tau yang namanya hari spesial ini, tidak sedikit orang yang menyimpang bahkan menulis di buku diary tentang hari jadiannya dengan si pacar, ada yang menulis hari, tanggal dan bulannya, ada pula yang menulis sampe sedetail mungkin mulai dari menit, jam, hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat si cowo menyatakan perasaannya.
Sebelum mereka jadian pasti ada yang namanya PDKT alias pendekatan, nah di sinilah si cowo menyusun berbagai strategi untuk mengambil hati mangsanya alias si cewe!!!J. awalnya sih sekedar kenalan terus minta nomor HP lanjut ke ngobrol lewat HP, tengah malam lagi!!! dan strategi terakhir diajak deh jalan!!! (sukses misi pertmanya).
            Misi kedua si cewe diajak makan ke sebuah tempat, si cewe disuapin de el el. Setelah makan barulah diajak ke sebuah tempat yang romantis disitulah misi akhir dari si cowo buat ngungkapin perasaannya!!!. Setelah sampai barulah si cowo ngajak ngobrol mangsanya alias si cewe alias calon pacar J, ngobrol panjang lebar akhirnya si cowo nyatain perasaannya, duarrrrrrrr bak langit runtuh perasaan si cewe tak karuan tapi ujung-ujungnya malah di terima hehe J!!! (Misi terakhir sukses).
            Mereka akhirnya jalan berdua tak kenal waktu pagi, siang, sore, malam, sama saja bagi mereka, namanya aja lagi di mabuk cinta!!! Tapi sayangnya hanya cinta duniawi. Para dua sojoli ini saling mengumbar kata-kata romantis, lalu si cowo minta ciuman ke cewe de el el hingga akhirnya berujung kepada perzinahan (Naudzubillah Mindzalik).
            Nah itulah sebagian gambaran ato potret pemuda dan remaja jaman sekarang katanya dengan berpacaran memotivasi dia untuk lebih semangat lagi (mimpi kali!), alih-alih memotivasi yang ada galau tiap hari karena mikirin si doi terus!!!. Ada juga yang bilang kalo orang pacaran itu kita akan bahagia, bahagia apanya justru malah sebaliknya, PR sekolah tak di kerjakan gara-gara pacaran, Nilai hancur semua gara-gara pacaran, kok bisa?..ya itu karena dikit-dikit galau mikirin si pacar, pikiran melayang-layang kemana-mana, dikit-dikit Ingat dia lagi padahal belum tentu dia yang akan jadi pasangan hidupnya (:P).
sadarlah wahai para pemuda dan remaja, dengan pacaran itu Nilaimu tak akan pernah beres, pikiranmu tak akan pernah tenang, kamu tak akan pernah bahagia karena dikit-dikit pasti kamu galau dan yang lebih pentingnya lagi dengan pacaran kamu hanya akan membuka pintu-pintu menuju perzinahan alias perbuatan dosa aja!!. Tidak ada hal yang bermanfaat dengan kamu pacaran yang ada mudaratnya sangat besar, tidak ada yang menjamin kamu bakal hidup besok jadi kerjakan aja yang bermanfaat misalnya kamu menuntut ilmu dengan baik, membantu orang tua, ngaji de el el, itu jauh lebih baik ketimbang kamu pacaran!!!.
Sekali lagi semua jenis-jenis alasan yang melegalkan tentang pacaran menurut saya hanya bualan besar alias OMONG KOSONG!!! Banyak fakta yang membuktikan bahwa orang yang pacaran itu hanya akan membawa dampak yang negatif diantaranya :
-       Selalu galau.
-       Pasti belajarnya nda pernah konsent.
-       Buang-buang waktu dan buang duit (kalo nelpon, smsan dan jalan-jalan kan pake uang).
-       Mendapatkan Dosa alias lebih dekat dengan Zina de el el.

#Nah gimana menurut Islam tentang pacaran??
Islam adalah adalah agama yang sempurna yang mampu mengatur segala urusan baik yang berkaitan dengan dunia hingga menyangkut tentang akhirat, mulai hal yang besar hingga ke hal yang kecil seperti kebersihan atau adap masuk wc.
Gimana pacaran dalam Islam?, sejatinya pacaran itu Identik dengan berdua-duaan dengan lawan jenisnya ato berkhalwat!!!, sedangkan Islam sangat melarang hal yang seperti itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad).
Berkhalwat menurut defenisi yang sederhanya adalah berdua-duaan antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram. Tapi perlu di garis bawahi tidak semua Interaksi antar perempuan dan laki-laki itu di larang asal perkaranya syar’i seperti perkara medis, perdagangan de el el!!.
Selain itu ada juga firman Allah berkaitan dengan pacaran yaitu dalam Qur’an surah Al-isra’: 32 yang artinya : “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” Berdasarkan dalil diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mendekati Zina aja di larang apalagi sampai berzina, makanya pacaran itu sangat dilarang dalam pandangan Islam.
Nah kita bisa bedakan antara pemuda ato remaja Josh (jomblo sampe halal) dengan pemuda ato remaja yang suka pacaran.
Pemuda ato remaja Josh itu selalu sibuk dengan dengan segala urusan yang bermanfaat misalnya belajar, bantu orang tua, tilawah, dan memikirkan nasib ummat terutama keluarga dan teman-teman dekatnya sedangkan pemuda ato remaja yang suka pacaran malah sukanya galau karena dikit-dikit mikirin pacarnya untung-untung kalo masih sempat ngingat ayah dan ibunya.
Kita harus ingat banyak pemuda ato remaja yang tercatat dalam Tinta emas diantaranya ini yang paling sering kita dengar di kalangan remaja yaitu Muhammad Al-fatih sang penakluk konstantinopel di usai 23 tahun masi muda kan!!, bukan hanya itu zaid bin tsabit di usianya 22 tahun mencatatkan namanya dalam tinta emas sebagai pengumpul wahyu, ada juga Ali bin abi Thalib yang ikut berjihad di usianya yang masih sangat muda yang 6 tahun de el el!!!. Nah itulah pemuda yang hebat dan tangguh dan masih banyak lagi pemuda yang lain yang mencatatkan namanya dalam tinta emas yang dikenang sepanjang zaman. Apakah mereka meraihnya dengan pacaran? Jawabanya TIDAK!!!.
Para pemuda ini tak pernah mengenal yang namanya PACARAN, boro-boro mau pacaran terlintas di pikirannya pun tak pernah, mereka sibuk untuk memperbaiki ato meningkatkan kualitas dirinya.
Betapa indahnya hidup seorang pemuda ato remaja itu jika hidupnya diisi dengan hal-ha yang bermanfaat. Sebagaimana sabda rasulullah SAW :
Artinya : sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Kelak ketika hari akhir setiap manusia akan ditanya  tentang 5 perkara sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya”. Pergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya wahai pemuda!!!.
Wahai adek-adekku, kakak-kakakku yang gagah, tampan-tampan yang cantik-cantik, betapa mulianya dirimu jika masa mudamu diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, giat menuntut Ilmu dan selalu ikut pengajian ato tarbiyah. Wahai saudari-saudariku yang cantik-cantik  Ingat betapa berharganya dirimu jangan engkau mau jadi seperti barang yang murah harganya, ketahuilah engkau sangat mulia jika engkau menjaga dirimu dan menutut auratnya, pantaskan dirimu untuk menjadi perempuan Shalehah agar kelak engkau tak merugi di akhirat!!!. Sekali lagi jangan engkau habiskan masa mudamu hanya untuk berpacaran!!!.

Kita harus sepakat bersama-sama dan berani meneriakkan “SAY NO TO PACARAN BEFORE NIKAH!!!”.